di Madinah, aku jatuh cinta =)

Seorang teman pernah menulis di status facebooknya

hilang karena Allah, ketemu karena Allah, -simply rejeki-
Iya, rejeki itu memang Allah yang Maha Mengatur, ketika saya merasa kehilangan rejeki berupa kesempatan untuk mengalirkan ilmu, kehilangan pendapatan setiap bulan, kehilangan rutinitas harian, Allah memberikan pelipur lara dengan memberikan rejeki yang lain berupa kesempatan bagi saya untuk bisa mengunjungi rumahNya -melalui rejeki Pa Oos tentu saja- hehehe.. subhanallah walhamdulillah..

Kalo kata pa haji mah, *waktunya pas bangeeet ya gun..rejekina anggun pisan*,, iya pas bangeeet..alhamdulillah .. bisa kupenuhi panggilanMu :)

Hari selasa tanggal 13 juli 2010. Pergi dari Cimahi, pagi pagi sekali. Berdua saja bersama Pa Oos diantar Ibu nya Sasha meninggalkan rumah kami menuju rumahNya. Sudah berseragam batik kompakan bersama rombongan, siap menuju Jakarta. Agak sedih pas liat ada beberapa orang yang pergi bareng-bareng keluarganya, berbanyakan, huhuhu kabitaaa =( tapi gimana lagi kali ini belum bisa, nanti kalau Sasha dan Ichan uda gede, uda ga minta digegendong lagi, Ateu Ingga+Ati uda nyalse kuliahnya, kita kesana lagi bareng-bareng yaaa *ngedip-ngedip ke pa oos hehehe*

Menjelang kepergian itu, ada yg sering bertanya "gimana gun perasaannya?" .. and i just couldn't describe my feeling, antara excited, deg2an, takut *mengingat banyak org yg bilang, suka banyak kejadian aneh di sana, balasan dari apa yg pernah kita lakukan.. ampuuun rumasa banyak dosa* =P tak dapat didefinisikan lah apa yg dirasa..

Sekitar jam 1 siang, pesawat take off dari cengkareng, diperkirakan 8 jam perjalanan sampai Bandara King Abdul Azis. Sudah membayangkan perjalanan membosankan? yaa sempat terbayang, tapi ternyata boro2 membosankan. Alhamdulillah dikasih teman seperjalanan yang seru =) Namanya Daffa, kaseep.. sayang baru saja naik ke kelas 4 sd hehe =P Hobinya bercerita dan bertanya, dari 8 jam perjalanan kayanya diemnya cuma sekitar 1 jam deh. Itu juga gara-gara kelaperan dan tante pramugari belum ngasih makan siang aja. Dia pun tertidur nahan laper setelah sebelumnya ngabisin sebungkus besar biskuit punya saya heu =P

Dan layaknya anak kecil mau pulang mudik, setiap saat dia bertanya "teh uda nyampe mana sekarang? berapa jam lagi" pertanyaan itu lagi, dan lagi, dan lagi. Paling sesekali di selingi cerita tentang sekolahnya, adiknya, liburannya atau komentar tentang matanya pramugari yg katanya aneh atau ngomenin foto paspor saya "teh di sini mah belum jerawatan" (-_-")

Tapi tetep ujung-ujungnya nanya lagi.. "masi lama ga teh?" dan selalu saya jawab "nih kalo angka di sini udah nyampe 18, berarti kita udah di jeddah" sambil nunjuk layar tivi mini depan kursi yg sengaja saya stay tuned kan pada tampilan penunjuk waktu daerah keberangkatan dan tujuan, serta peta daerah kita uda nyampe mana, biar gampang jawab pertanyaan-pertanyaan dia *teteh rela ga ntn astroboy, fa..heu*

dan setelah itu nanti akan ada pertanyaan lanjutan
"kalo di indonesia brarti skarang jam berapa teh".. dan saya tinggal nunjuk layar "jam segini niih"

"kita sekarang uda nyampe mana teh?".. sambil nunjuk layar lagi "wahh kita uda di colombo fa" atau "wahh kita lagi di atas laut nih fa"

"jadi berapa jam lagi teh kita nyampe?".. "coba diitung, 18 aja tinggal kurangin ama itu" (nunjuk layar) ..dan akhirnya pelajaran matematika pun dimulai *teuteup yaa hehehe*

8 jam pun berlalu tanpa terasaaaaa *kerasa dikiit denk* .. =) Alhamdulillah, sampai di Bandara King Abdul Azis, Jeddah dengan selamat.. =)

Dan yang pertama dihadapi adalah bagian imigrasi. Sejak di Bandung, ketika manasik, pihak tour memang sudah beberapa kali memberikan wejangan. Harus banyak sabar ketika berada di tanah suci nanti, terimalah apa yang Allah suguhkan di rumahNya, termasuk ketika harus mengantri lama di bagian imigrasi atau disalip oleh orang-orang Arab nan besar-besar di sana..sabaaar, sabaaar.

Begitu proses imigrasi beres, langsung naik bus lagi doonk, menuju Madinah. 6 jam perjalanan saja saudara-saudara! fyuuuh.. dan kali ini mah ga sebangku lagi ama Daffa, jadi bisa tidur nyenyaaaak selama perjalanan =)

Kira-kira jam 3 dini hari sampai di Madinah, langsung menuju hotel -yang Alhamdulillah, dekat sekali dengan masjid nabawi- sebelum masuk hotel, pembimbing rombongan mengajak kami untuk orientasi lapangan (meninjau jalur dari hotel menuju masjid)

Dan inilah pemandangan menakjubkan pertama yang saya lihat di perjalanan kali ini :



Masjid Nabawi di kala malam.. berlampu, megaaaahh, cantiiikk. Foto di atas kurang mewakili (maap). Saya pun jatuh cinta dibuatnya. Balilihan sudah pasti dan di saat itu lah saya benar-benar bersyukur diberi kesempatan sampai di tempat ini.. *rasanya ingin nangkeup papah dan bilang terima kasih ketika itu, tapi maluuu* :P

Sesudah istirahat sebentar, dan beberes yang harus diberesin, kami pun siap-siap menuju masjid untuk shalat subuh. Dan dengan dong2nya saya yang ga tanya2, kelupaan bawa hape ke sana. Penjagaan sebelum masuk mesjid nabawi untuk jemaah akhwat cukup ketat, dilarang membawa hape berkamera, apalagi kameranya. Jadilah si sayah teh ga boleh masuk ku askar (penjaga masjid) dan hanya shalat subuh di pelataran masjid, di depan pintunya yang terbuka lebar *bari penasaran tea tuang toong ka dalem, penasaran dalemnya nabawi kaya gimaaanaa, haha sebutlah saya kampung, tapi masa sih ga pengen liaaat.. * =P

Keinginan saya terpenuhi untuk melihat dalemnya masjid ketika waktu dhuha tiba. Ketika itu agendanya adalah mengunjungi raudah dan makam rasulullah. Nah di dalem masjid nabawi yang sekarang ini sangatlah besaaar, ada mesjid asli nabi yaitu bangunan mesjid nabawi asli yang dibangun oleh nabi dahulu kala. Struktur bangunannya masih asli, tapi tentu saja banyak renovasi di sana-sini. Konon katanya, dahulu kota madinah itu hanya sebesar masjid nabawi sekarang saja, mesjid asli nabi ini berada di tengahnya.

Nah kembali ke raudah, jadiii raudah ini adalah bagian dari masjid asli nabi, tempat dulu nabi dan para sahabat membentuk majelis, berdiskusi, dan berdakwah. Rasulullah menyebutkan raudah ini adalah taman surga, salah satu tempat di bumi yang nantinya akan ditarik ke surga. InsyaAllah salah satu tempat mustajab untuk berdoa. Tak heran banyak sekali orang yang ingin berdoa di sana.

Bagi jemaah ikhwan tidak sulit untuk masuk ke raudah, karena untuk mereka, raudah dibuka sepanjang waktu selama masjid nabawi dibuka (jam 3 pagi - jam 12 malam), sedangkan bagi jemaah akhwat, ada waktu-waktu tertentu diijinkan untuk mengunjungi raudah (jam 8 pagi - jam 11 pagi, jam 1 selepas duhur - jam 3 sebelum asar, jam 10 malam - jam 11 malam). Saya sendiri kurang tahu kenapa seperti itu. Alhasil karena waktu yang terbatas ini, jadilah raudah itu tempat berdesak-desakan luar biasa bagi jemaah akhwat.

Saat di rumah, mamah memang sudah mewanti-wanti untuk berhati-hati kalau nanti ke raudah, dan itu lah yang saya lakukan. Umi -muthawifah- yang membimbing jemaah akhwat rombongan kami untuk pergi ke raudah mengarahkan agar nanti di sana, kami melakukan shalat taubat 2 rakaat, dan jika masih sempat dilanjutkan dengan shalat hajat 2 rakaat. Boleh berdoa ketika sujud *tapi jangan lama2, khawatir terinjak-injak*. Lebih baik jika masih ingin berdoa, lakukan seperti posisi berdiri shalat setelah takbiratul ihram, itu lebih aman. Tapi jangan terlalu berlama-lama juga di sana, harus memberikan kesempatan kepada orang lain, ga boleh egois.
Selepas shalat dhuha di kawasan lain dalam Masjid Nabawi, kami pun siap-siap menuju raudah. Kalau pagi hari, antrian masuk raudah lebih tertib, karena disusun per negara. Ketika tiba waktu Indonesia, kami pun berdiri, siap masuk dan desak-desakkan pun dimulai. Tapi ternyata ada dari negara lain yang juga ikut-ikutan masuk *entah dari mana*. Desak-desakannya pun semakin luar biasa, bayangkan saja kepadatan manusia dan kericuhan yang sering anda lihat di televisi kalau lagi ada bagi-bagi sembako gratisan, yah mirip-mirip gitu lah pinuhna.

Banyak istigfar aja akhirnya. Bingung untuk memulai shalat gimana. Oh iya, kata umi, bedanya raudah dari bagian Masjid Nabawi lainnya bisa dilihat dari karpetnya. Seluruh nabawi berkarpet merah, kecuali raudah, karpetnya hijau. Ketika akhirnya menginjakkan kaki di karpet hijau *ahh uda raudah nih* saya hendak shalat, tapi boro-boro bisa shalat.. takbir saja saya sulit. Akan tetapi alhamdulillah, pertolongan Allah itu selalu ada.

Tiba-tiba ada seorang ibu dari Indonesia yang baru saja selesai shalat dan langsung menarik tangan saya ke tempatnya *ayo shalat di sini * katanya. Ahh terharuuu.. shalat lah saya 2 rakaat di sana. Alhamdulillah tak terlalu tergoncang-goncang, shalat sampai beres dan khusyu. Setelah itu saya bersiap-siap shalat lagi, insyaAllah masih sempat saya pikir untuk melanjutkan shalat hajat, sesuai petunjuk umi. Akhirnya takbir, dan setelah itu wekdor! Entah kenapa tiba-tiba terasa makin padaaat sekali di sekitar saya, tergoncang-goncang lah ini badan, mau ruku ga bisa-bisa, mempertahankan berdiri tegak saja agak sulit. Bingung, tapi berusaha untuk tetap shalat. Dan lagi-lagi pertolongan Allah begitu dekat. Di tempat sujud saya, tiba-tiba ada kaki orang kulit hitam, menghalangi tempat sujud sebetulnya, tapi malah jadi membuka space, memungkinkan saya untuk ruku, dan ketika akan sujud, kaki itu pun berpindah, menyediakan tempat lagi untuk saya sujud. Begitu terus sampai akhirnya saya salam. Selepas salam di shalat kedua ini , sambil bercucuran air mata karena suasananya yang mendukung *under pressure banget kan ya* ditambah rasa syukur bisa sampai di sana, dan juga begitu banyak yang ingin dipanjatkan kepadaNya, saya pun melihat sang pemilik kaki, penjaga saya ketika shalat. Seorang wanita berkulit hitam, tersenyum, tidak berkata-kata *kalau berkata-kata pun saya jamin kayanya saya ga akan ngerti*, membantu saya berdiri, dan langsung memeluk erat dan menciumi saya. Pelukan yang hangat dan nyaman, sesenggukan saya di sana. Ah haturnuhuuuuuun pisan nya bu =) Alhamdulillah

Ada satu lagi tempat tujuan pagi ini sebetulnya yaitu makam Rasulullah. Letaknya di samping raudah, didampingi makam Abu bakar Ash Shidiq dan Umar bin Khattab. Tapi sebetulnya makam ini sangatlah tertutup, yang terlihat hanya pagar-pagar saja. Jika melihat Masjid Nabawi dari luar, ada satu kubah hijau di sudut masjid, ya di bawah situlah makam Rasul berada.

Kami hanya bisa mengucapkan salam "Assalamualaykum yaa Rasulullah, Assalamualaykum yaa Nabiyallah, Assalamualaykum yaa Habiballah warrahmatullahi wabarakatuh" dari jauh saja. Tapi entahlah, ketika mengucapkan salam sambil melihat ke arah posisi makam berada, benar-benar terasa rindu di dada..

Terbayang sulitnya perjuangan Beliau di tanah Arab ini menegakkan syariah islam dan amaze dengan kelembutan hati Beliau di tengah-tengah masyarakat dengan karakter yang luar biasa *heuras*nya (saya bisa merasakannya bahkan ketika baru dua hari saja berada di sini). Allahumma shalli `alaa Muhammad wa `alaa aali Muhammad =')

Ada beberapa kejadian menarik lain yang saya alami ketika berada di Madinah ini.

Pernah suatu kali saya pergi berdua dengan papah ke masjid hendak shalat ashar. Seperti biasa, kami berpisah di gate 9. Saya menuju tempat shalat akhwat, papah menuju tempat ikhwan. Kebiasaan saya begitu sampai di dalam masjid adalah mencari sosok orang-orang Indonesia untuk kemudian memilih tempat shalat di dekat mereka. Kadang-kadang dengan begitu lebih terasa aman dan tidak kesepian hehehe =D Ketika itu saya melihat seorang ibu dengan anak balitanya bersama seorang nenek sedang bersiap - siap untuk duduk di tempat shalat yang telah mereka pilih, tempat yang tidak berkarpet. Melihat wajah Indonesia, saya langsung menghampiri. Karena kami berada di daerah yang tak berkarpet, saya menawarkan berbagi sajadah *meski memang sajadah saya ga muat juga untuk kami berempat, saeutik ewang lah* =P Setelah itu dilanjutkan obrolan singkat, ternyata mereka asal Banjarmasin. Sang anak membawa mainan ben 10 *saya langsung teringat ichan si bungsu ketika itu..ahh rinduu*

Nah ketika kami shalat, sang anak asyik bermain ben 10. Tiba-tiba dari belakang, datang seorang anak India, tampak sangat lincah. Sepertinya dia tertarik pada mainan Ben 10 kepunyaan anak Banjarmasin, direbutlah sang mainan dengan cueknya dan yang punya ntuh mainan hanya bisa cengo, kemudian merajuk kepada ibunya yang sedang shalat.

Sang anak india lalu asyik bermain ben10 hasil rebutannya. Selepas shalat para ibu beraksi, ibu India meminta anaknya mengembalikan *menggunakan bahasanya tentu saja, dengan nada aga sedikit keras*, sang ibu Banjarmasin mengolo sang anak India dengan lemah lembut pake bahasa Indonesia. Sang anak india menyerah, diambil mainan ben10 itu oleh ibunya, dikembalikan kepada yang punya, dan manyunlah ia pada akhirnya. Dan saya kira, masalah sudah selesaaai.

Saya pun khusyuk berdoa. Menundukkan kepala, mengangkat tangan, sedikit memejamkan mata, lalu tiba-tiba *KETOOOOK*. Tangan mungil dikepal menjitak kepala saya, keraaass *sungguh* da rada karaos nyerina teh. Membuka mata, mengangkat kepala, dan pemandangan di hadapan saya adalah sang anak India ketawa nyengiiirr. Haduuuh luluh sudah hati ini kalo liat muka lucu begitu, mana bisa kesel dijitak keras nian *gondok dikit boleh lah yaa*. Haduuh salah sasaran ya kau nak, aku hanya saudara setanah air saja sama yang punya ben10 ituuu, ko marahnya padakuuu siiih.

Pasca kejadian itu, saya mulai berpikir *biasa.. mencari makna dari setiap kejadian tea*. Euuu apa ini balesan ya? gara-gara saya yang kadang-kadang nggetok murid yang lagi agak "lincah".. hehehe =D tapi setelah pulang ke Indonesia dan saya cerita ama sohib, dia bilang gini "gun, kamu kan kalo lagi sebel sama orang suka ngomong gini *tiiiihh, hayang nakoool*".. hahahha ya ya ya saya mengerti ahirnya kenapa saya dijitak. Nuhun Allah diemutan =)

ada satu kejadian lagi juga yang saya ingat

Ketika itu saya ke masjid berdua lagi dengan papah. Di dalam masjid gagal menemukan wajah Indonesia, saya pun duduk di tempat yang ada saja. Ketika itu masjid hampir penuh, karena mendekati azan. Tiba-tiba ada seseorang asing yang mendekat, memilih tempat shalat di samping saya yang masih kosong, menitipkan barangnya, kemudian dia berkata kalau dia mau wudhu dulu, tolong dijaga tempatnya jangan sampai diambil orang *ngomongnya pake bahasa tarzan, kurang lebih yang saya tangkep seperti itu..hehehe*. Tapi ini yang wudhu ko ya lamaaa bangeeeet. Padahal yaa kalo di nabawi itu, kalo udah adzan yang namanya susah nyari tempat solat tuh ya susaaah. Ditambah dengan beberapa orang kaya orang india, orang kulit hitam sebangsa nigeria, atau orang yang wajahnya nuansa arab berbadan besar yang suka dengan seenaknya nyengcle-nyengcle di tempat yang keliatan kosong padahal ngga *pokonya duduklah rapat-rapat klo di sana, jangan sisakan peluang untuk nyempil*.

Berkali-kali saya menjelaskan kepada orang-orang kalau tempat di sebelah saya itu sudah berpenghuni, tapi penghuninya lagi wudhu. Tangan ga berhenti bergerak deh pokonya menjelaskan, da rumasa ku bahasa indonesia mah moal ngartoseun, komo ku sunda mah, dan kadang-kadang pake inggris juga mereka ga ngerti..duuh. Ditambah kadang-kadang sedikit serem dipelototin huhuhu.. rada soak dikit. Akhirnya setelah sekian lama, beberapa menit sebelum iqamat, yang menitipkan amanah pun datang. fyuuuuhhh alhamdulillah..legaaaaa. Iya, amanah itu harus dijaga baik-baik, diperjuangkan semaksimal mungkin, itu kesimpulan akhir saya sebelum shalat bari deg-degan keneh inget dipolototan hehe =P

Selepas shalat, sang penitip tempat shalat mengajak ngobrol saya pake bahasa arab -yang mana yang saya ngerti cuma kata terakhir yang dia sebutkan, yaitu anti- ..okeee, predikatnya apa ya mbak, saya uda dapet subjeknya nih? hehe. Ketika akhirnya dia bilang "emmm korea?" saya baru ngertii... "ooooh Indonesia" dan kemudian dia bilang kalo dia dari Libya. *hehehe rada geer juga saya disangka orang Korea, meski saya maklum kayanya orang Libya memang ga begitu hapal perbedaan warna kulit orang indon dan korea*.. okee iyaa iyaa saya ga seputih orang Korea (-_-")

waduh udah panjang juga geuning ieu caritana, padahal baru sampai Madinah. Saya cukupkan sekian dulu yaa, masih banyak cerita yang ingin saya bagi dari perjalanan ini, nanti InsyaAllah dilanjutkan di episode ke-dua dengan judul : Kucium hajar aswad untukmu, mamah =')


Allah lah sebaik-baik penolong

Dulu sempat saya mendapatkan sepenggal cerita yang bikin hati kasuat-suat

(Redaksi kalimatnya ga tepat seperti di bawah ini sih dan sebetulnya pake bahasa sunda asli semua mua.. karena judulnya ingin menceritakan kembali, jadi banyak editan sana-sini =D harap maklum ya)

***

"Gun, dulu yaa pas saya mau nikah, rieuuut pisan. 2 minggu sebelum hari H, sama sekali ga punya modal, malu minta ke orang tua, malu ama calon mertua belum bisa ngasih apa-apa.. bingung juga mau minta tolong ama siapa, tapi emang kereteg hate udah pengen nikah"

saya tertegun..

"waktu itu teh ya, saking udah rieutnya, pasrah, saya ngadoa *Duh Ya Allah, nyungkeun bantosanna, 5 jutaaa weh laahh*"

dan taukah saudara-saudara, siapa sangka, setelah terucap doa itu, berdatanganlah para bala bantuan. Ada yang ngasih ini, ada yang ngasih itu (ga semua berupa uang, tapi sungguh bantuan berdatangan tanpa diduga, kapan saja, dari mana saja)

Sampai akhirnya akad pun terucap, resmilah mereka jadi suami istri.

Beliau bersyukur sekali tentu saja dan didorong rasa penasaran, selepas menikah, beliau mulai menghitung-hitung besar rejeki yang telah beliau terima. Dan tau kah saudara-saudara, ternyata kalau dihitung-hitung semua yang datang itu totalnya kurang lebih sebesar 5 juta rupiah. Sesuai dengan doanya =)

Subhanallah... Allah Maha Pendengar Doa

dan kemudian di penghujung cerita beliau bilang seperti ini

"ahh gun, kaduhung nya teu menta 10 juta" hahahahahha.. dasar Pa Syarif =D

***

Banyak makna yang saya dapat dari cerita beliau ini.

Bukan..bukan hanya soal niat menikah yang insyaAllah jika sudah kuat, Allah akan memudahkan prosesnya.

tapi betapa Allah itu sebaik-baik penolong

Jika ikhtiar selama ini sudah semaksimal mungkin, dan kita sudah sampai pada titik "kudu dikumahakeun deui atuh ieu teh nayaga", kepada siapa lagi kita bisa meminta pertolongan selain kepadaNya.

pasrah, tawakal, dan yang terpenting yakin bahwa Dia selalu akan memberikan yang kita butuhkan =)

Jangan berkata "Ya Allah, masalah ini begitu besar"
tapi berkatalah " wahai masalah, Allah Maha Besar"
dan hidup pun tak kan terasa sulit setelah ini ... =)
Allahu Akbar!!
jazakallah khairan katsira Pa Syarif, tiba-tiba keinget cerita ini waktu lagi sedikit galau..hihi =)