Madinah memang menyimpan banyak cerita. Mulai dari hari pertama tiba hingga malam terakhir berada di sana
Malam itu selepas magrib saya kembali ke hotel untuk makan malam. Saya lupa menunya apa, tapi sepertinya enak sampai saya kelamaan berada di restoran dan sedikit terlambat kembali ke mesjid untuk shalat isya berjamaah =p. Akhirnya ini kali kedua (setelah yg pertama ketauan bawa hape tea ning) selama shalat berjamaah di mesjid nabawi kebagian tempat shalat di pelataran saja =(
Hari itu cuaca madinah memang sedang sedikit mendung dan berangin sejak siang *kerudung teh hiber hiber berasa iklan sampo aja pokonya..eh iklan kerudung ya harusnya (-_-")*. Dan malam itu ketika saya kebetulan terlambat dtg ke mesjid (ga ada yg kebetulan ketang ya di dunia ini) dan ga dapet tempat di dalem karena uda penuh, hujan pun mengguyur madinah. Hujan saudara-saudara, iyaaa hujaaan… hujan aiiiirrrrr (ngarepna mah hujan duit hehe =P)
Si saya yang berada pada shaf ketiga dari pintu mesjid, tentu saja teu kaiyuhan. Hujan yang ngagebret sejak pertengahan rakaat pertama shalat isya itu bikin jibrug sa-awak-awak.
Perasaan yang dirasa??? Dingin tentu saja, tapi lepas dari itu, saya terharuuu, air mata ikutan turun ketika sholat meski tak sederas air hujan.
Perasaan yang dirasa??? Dingin tentu saja, tapi lepas dari itu, saya terharuuu, air mata ikutan turun ketika sholat meski tak sederas air hujan.
Mengapa? Sejak hari pertama tiba di madinah saya sudah terpana dengan banyaknya umat muslim yg sholat berjamaah tepat waktu di setiap waktu sholat di mesjid nabawi, bahkan penuhnya sampe di pelataran masjid. subhanallah. Malam itu dengan kepenuhan yang sama, di pelataran masjid, diguyur air hujan yang deras, ditampar dinginnya angin, ditemani suara petir yg beberapa kali menggelegar, diiringi tangisan anak-anak kecil yg mengiba ketakutan kepada ibu mereka yg sedang sholat, semuanya tetap berdiri menegakkan tiang agama. Tak gentar hanya karena air, tak takut akan petir. Subhanallah. Raga boleh dingin oleh air hujan, tapi jiwa sungguh hangat menikmati indahnya iman =) Alhamdulillah
Dan akhirnya karena sang hujan, malam terakhir di madinah pun saya habiskan dengan mencuci baju yg basah bin kotor karena ternyata sang hujan membawa banyak debu juga (dari gurun kali yak?) huee...
Cerita di madinah pun usai sudah, berat rasanya meninggalkan nabawi =( tapi yakin, pasti nanti kita ketemu lagi yaa.. insyaAllah, aamiiiiin =)
Esok siangnya selepas sholat jumat, kami yang sudah berpakaian ihram siap menunaikan tujuan utama kami datang ke tanah suci, UMROH. Rukun umroh lebih sedikit dibanding rukun haji. Yang pertama adalah miqat. Rombongan kami mengambil miqat di Mesjid Bir Ali, itulah mengapa kunjungan pertama kami di tanah arab ini adalah kota madinah, 25 menit saja jarak dari Madinah ke masjid ini.
Selepas shalat miqat, kemudian kami pun melafalkan niat
labbaika allahumma 'umratan
kemudian siap melanjutkan perjalanan menuju Mekah, tujuan utama kami, menuju rumah Mu Ya Allah =) Sepanjang perjalanan lafazh talbiyah dikumandangkan
kemudian siap melanjutkan perjalanan menuju Mekah, tujuan utama kami, menuju rumah Mu Ya Allah =) Sepanjang perjalanan lafazh talbiyah dikumandangkan
Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, Ya Allah aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji dan nikmat adalah milikMu semata-mata. Segenap kekuasaan milikMu. Tidak ada sekutu bagiMu.Labaika allaahumma labbaik. Labbaika laa syariikala
labbaik. Innalhamda wanni'mata laka walmulka laa syariikalak
Pernah merasakan ga perasaan sesak di dada karena saking senangnya, saking terharunya, saking bersyukurnya?? iya itu yg saya rasakan. Sempat saya tak bisa mengucapkan lafazh itu dengan lantang seperti yg dicontohkan bapa pembimbing. Rasanya kalimatnya tercekat di tenggorokan, tertahan sedu sedan. Hati bergetar, kulit terasa merinding. Ya Allah yang Maha Baik, terimakasih atas segala nikmatMu, segala puji hanya MilikMu, ini hambaMu. Memenuhi panggilanMu.
6 jam perjalanan menuju Mekah, kami sampai di sana sekitar pukul 22.30. Istirahat sebentar di hotel, makan malam dan merapihkan ihram. Setelah itu kami pun bersiap menuju masjidil haram menjalankan rukun umroh yang lainnya, yaitu THAWAF, SA’I, dan TAHALUL.
6 jam perjalanan menuju Mekah, kami sampai di sana sekitar pukul 22.30. Istirahat sebentar di hotel, makan malam dan merapihkan ihram. Setelah itu kami pun bersiap menuju masjidil haram menjalankan rukun umroh yang lainnya, yaitu THAWAF, SA’I, dan TAHALUL.
Iya kami umroh di malam hari, hampir tengah malam, tapi masjidil haram tak pernah sepi meskipun matahari sudah tak tampak lagi. Berjalan di pelatarannya, menatap luasnya bangunan ini, dan lagi-lagi selalu dengan suksesnya semua bangunan luar biasa itu bikin saya ga percaya, saya bisa sampai di sana.
Kami masuk dari pintu gerbang 1, pintu king abdul azis. Seperti masjid nabawi, begitu masuk masjidil haram, adeeemmm aja suasananya, dingin, galon-galon air zam zam berderet rapih, karpet merah terhampar, kami pun terus berjalan menuju tengah masjid, tempat'nya' berada.
Kami masuk dari pintu gerbang 1, pintu king abdul azis. Seperti masjid nabawi, begitu masuk masjidil haram, adeeemmm aja suasananya, dingin, galon-galon air zam zam berderet rapih, karpet merah terhampar, kami pun terus berjalan menuju tengah masjid, tempat'nya' berada.
Mulai terlihat hitam penutupnya, ahh itu dia mulai kelihatan “gun, tuh nggun” kata papah yang berjalan di depan saya. “iya paaah”
Selama berjalan sampai ke dekatnya, tak lepas mata ini darinya. Bisa dibayangkan kan, sesuatu yang selama ini hanya bisa saya lihat melalui gambar atau layar televisi, dan kali ini tepat berada di hadapan. RumahNya, Baitullah, KA'BAH, kiblat umat.. tepat di depan mata, berdiri tegak, kokoh, menyambut setiap yg datang kepadanya dengan kehangatan. Salah satu pemandangan luar biasa lagi, KABAH, langit malam berbintang, ratusan orang yang berthawaf. Another adegan nyesek kana dada, tapi kala itu air mata masih bisa saya tahan hingga tak bercucuran. Subhanallah walhamdulillah, ingin peluk papah, ingin peluk papah, bilang makasih *tapi lagi-lagi seperti ketika pertama kali melihat nabawi, ko malu ya rasanya*
Thawaf pun dimulai, mengelilinginya tujuh kali, bermunajat kepadaNya, meminta keselamatan di dunia dan di akhirat. Berdesir hati ini setiap kali awal putaran di lurusan hajar aswad, kemudian mengucap “bismillahi Allahu akbar” .. ahhh begitu besar nikmatMu Ya Rabb
Thawaf selesai, pembimbing membawa kami ke dekat ka’bah menuju multazam (daerah antara hajar aswad dan pintu ka’bah), bagian dari baitullah yg merupakan salah satu tempat paling mustajab untuk berdo’a. Baru di situlah air mata tak terbendung lagi, sambil berdesak-desakan berdoa kepadaNya. Tiba-tiba seperti ada tayangan flashback di benak saya, teringat semua khilaf yang pernah dilakukan, astagfirullah, ampun Ya Allah. Teringat juga akan segala cita-cita, segala keinginan, kabulkan Ya Allah, kabulkan. dan jadi teringat pula keluarga yg ada di Bandung, ingin rasanya berbagi semua kebahagiaan ini bersama mereka. =')
Thawaf selesai, pembimbing membawa kami ke dekat ka’bah menuju multazam (daerah antara hajar aswad dan pintu ka’bah), bagian dari baitullah yg merupakan salah satu tempat paling mustajab untuk berdo’a. Baru di situlah air mata tak terbendung lagi, sambil berdesak-desakan berdoa kepadaNya. Tiba-tiba seperti ada tayangan flashback di benak saya, teringat semua khilaf yang pernah dilakukan, astagfirullah, ampun Ya Allah. Teringat juga akan segala cita-cita, segala keinginan, kabulkan Ya Allah, kabulkan. dan jadi teringat pula keluarga yg ada di Bandung, ingin rasanya berbagi semua kebahagiaan ini bersama mereka. =')
Dari multazam, kami mengambil tempat di belakang maqam Ibrahim utk menunaikan shalat sunat 2 rakaat selepas thawaf. Setelah itu mundur untuk mengambil air zam2, melepas dahaga, untuk bersiap-siap menunaikan rukun selanjutnya yaitu SA’I.
Seperti yang kita ketahui bersama SA'I itu berlari-lari kecil dari bukit safa menuju bukit marwah yang dulu dilakukan oleh Siti Hajar untuk mencari air demi anaknya , Nabi Ismail ,yang sedang kehausan. Akhirnya setelah 7 kali balikan, Allah pun membantu Siti Hajar menemukan sumber air, yang sekarang airnya kita sebut dgn air zam-zam.
Sa'i merupakan proses untuk mengenang perjuangan Siti Hajar ini. Dan ternyata memang benar-benar luar biasa perjuangannya, saya saja baru 3 balikan safa-marwah, telapak kaki sudah pegel lagi. 6 balikan, kaki udah mulai ga kerasa lagi napaknya. padahal tempat saya SA'I sudah nyaman luar biasa, meski tak beralas kaki tapi tempat saya berlari datar dan bermarmer, sedangkan beliau? kala itu mana usum gunung dimarmeran. Subhanallah, dedikasi totalitas dari seorang ibu untuk anaknya. Semoga bisa mencontohmu kelak, wahai istri nabi =)
SA' I selesai dan berakhir di bukit marwah. Tinggal rukun umroh terakhir yang belum dilaksanakan yaitu tahalul. Saya pernah baca (entah dimana-lupa), tahalul itu bukan hanya sekedar memotong rambut saja tetapi adalah proses akhir dari perjalanan kehidupan. Perjalanan yang penuh dengan ujian lahir dan batin. Setelah berdesak-desakan dalam thawaf, kemudian berlari-lari dalam sai, setelah menghindari semua larangan dalam miqat, menahan hawa nafsu, menghindari pertengkaran. Tahalul adalah simbol dari membuang atau memangkas semua angan-angan, memangkas semua pikiran negatif yang bersemayam dalam otak. Dengan memotong angan-angan ini tinggal pikiran positif saja yg tertinggal yaitu khusnudzon terhadap apapun dan dimanapun dalam kondisi apapun.
fyuuuuh legaaaaa rasanya, setelah tahalul, kemudian bersalam-salaman dengan semua rombongan. Terharu juga akhirnya tujuan utama jauh-jauh melintas lautan terlaksana sudah. Begitu salam pada papah, akhirnya ada juga kesempatannya saya bisa berkata "makasiiiih ya paaah, uda dibawa ke siniii" =') saya pun memeluk dan menciumnya. Hatur nuhun pisan ya pah, aahh tos sagala rupi papah mah masihan ka anggun teh, dugi ka bingung kedah kumaha ngawalerna. Mugia diwaler ku nu langkung sae, ku Gusti Allah nyaa.
Setelah umroh, thawaf sunat banyak dilakukan masing-masing (ga bareng2 serombongan lagi maksudnya). Saya ama papah memilih waktu dhuha dan sepertiga malam, karena memang waktu - waktu itu lebih sepi, jadi thawafnya lebih nyaman. Sayang juga kan kalo udah jauh-jauh ke Mekah, thawaf cuma sekali doank pas umrohnya.
Pertama kali thawaf sunat, ketika itu waktu dhuha, ketika melintas hajar aswad, saya cuma bisa memandang saja. Pinuh sodara-sodara. Tempat sekecil itu, di satu pojokan kabah, dan yang ngariungnya berbanyakan, berdesak-desakan, berebutan. fyuuuuhhh.. bisa nyampe sana ga yaaa.
Selama di mekah, saya dihantui keinginan mamah (hadahh bahasanya dihantui kieu heuu). Teringat ketika sebelum pergi, mamah sempet bilang gini "ahh gun, mamah mah nitip weh pangnyiumkeun hajar aswad, waktu haji ga bisa"
dan sampai hampir hari terakhir di Mekah, belum datang juga kesempatan itu atau mungkin karena memang belum dimantapkan hatinya untuk berani menerjang keramaian di depan hajar aswad yah. Selama ini hanya baru sempat berdesak-desakan shalat d Hijr Ismail dan memegang ka'bah di daerah sekitar rukun yamani yang biasanya sepi dari kerumunan. Akhirnya di hari terakhir, sebelum keesokan harinya pergi ke Jeddah untuk lalu kembali pulang ke Indonesia, saya pun memantapkan hati. "Kudu ieu mah, kudu bisa nyium hajar aswad, buat mamah"
ketika itu dini hari, sekitar pukul 02.30, seperti biasa saya dan papah sudah siap-siap menuju masjidil haram. Biasanya si kunci hotel yang berupa kartu saya selipkan di sampul buku do'a milik saya, soalnya takut jatuh, terus hilang, pan rieut. Tapi ketika itu, tiba-tiba saja saya mengusulkan, "pah kuncinya di buku papah aja yaa"
Setelah wudhu, memasukkan segala yg mesti dimasukkan ke dalam tas jinjing, kami pun pergi. ketika itu saya bilang ke papah "pah, pengen nyoba ke hajar aswad yaa", papah pun mengiyakan. Sebelumnya selama ini, memang beliau sedikit menghindari ketika sudah ada kerumunan berdesak-desakkan ketika thawaf, beliau pasti langsung ajak saya menjauh, mungkin khawatir yaah ama saya. Satu-satunya perempuannya yang beliau bawa ke sana.
Malam itu, kami berdua pun thawaf. Beberapa kali melihat ke arah hajar aswad, masih penuh juga ternyata, kapan ga penuhnyaa yaaa (-_-"). Ketika sampai putaran terakhir, kami pun mulai mendekat menuju tempat batu surga itu. Papah bilang, "gun, kamu di depan. papah jagain dari belakang" beliau pun merangkul badan saya dari belakang. Kami mengambil jalan masuk ke kerumunan dari sebelah kanan hajar aswad, di situ "tidak terlalu ramai" (pake tandapetik loh yaa, ga ramai nya") karena dari arah situ kebanyakan akhwat yg bergerombol berebut, arah yg satunya ikhwan semua, mana berbadan besar-besar pula.
Desak - desakkan dimulai, merasa sangat dekat sekali dengan pojokan ka'bah itu, tapi ya ko ga nyampe-nyampe. Di samping saya sudah ada seorang ibu tua yang menangis terhimpit. aduuh bingung. Papah kuat-kuat merangkul saya dengan tangannya. Saya sibuk mencari jalan. Ya Allah mudahkan.. Ya Allah mudahkan. Para lelaki arab sedikit sangar kalo udah berdesak-desakan begini. Merasa ga maju- maju, malah makin padat aja di sekitar. ada tangan-tangan yang narik lah, ada badan yang ngedorong. sedikit sulit buat bernafas. astagfirullah. Papah sempat keliatan putus asa, "yu nggun, kita balik aja", "nanggung pah, dikit lagi" Beliau pun masih merangkul saya erat.
Akhirnya sedikit terbuka jalan, ada tangan hitam besar dari belakang saya, berada di kanan kiri kepala, saya pun ga sadar kapan hadirnya. Menjaga kepala saya dari benturan orang-orang yang berdesakan. Membuka juga jalan, saking besarnya. Baru saya sadari, eh kan di belakang mah papah yaa, saya pun masih merasakan tangan papah merangkul badan saya. Lalu ini tangan siapa? ga berani saya liat ke belakang, karena emang sulit juga sih mau nengok teh, pinuuuh gusti.
dan akhirnya saya pun semakin dekat dengan hajar aswad, sudah mulai keliatan bentuknya. Hajar aswad itu hitam legam, bersiih, bentuknya melengkung, memang hanya cukup untuk satu wajah saja yang akan bisa menempel untuk menciumnya. Semakin dekat, semakin dekat, dan akhirnya tepat berada di hadapan. "Bismillahi Allahuakbar" ini untuk mamah. Saya pun menciumnya. wangiii, subhanallah. Sempat ga yakin ketika satu kali menciumnya, ini teh udah belum yaa?kemudian saya pun menciumnya sekali lagi =') ahh subhanallah walhamdulillah.
udah gun? kata papah.. udah pah, saya pun sedikit menundukkan kepala, merendahkan badan. maksud hati biar papah bisa ikut menciumnya. tapi sulit berkoordinasi di tempat penuh begitu. Akhirnya papah pun menarik saya keluar dari kerumunan. Sang tangan hitam sudah tak terlihat lagi, sejak saya sudah di hadapan hajar aswad.
"Pah ga sempet nyium?".. "ga papa, teu keyeng sigana tadi" yah jadi mungkin itulah salah satu kiat untuk bisa mencium hajar aswad. Harus benar-benar diniatkan untuk menciumnya, jangan ragu. karena dulu juga mamah gitu pas haji, sempet bilang gini "pengen megang ka'bah pah, ga papa lah ga nyium hajar aswad juga" dan akhirnya memang begitulah adanya kejadiannya =) dan sekarang sudah kucium hajar aswad untukmu, mamah =) mudah-mudahan akan ada kesempatan lagi buat kita sekeluarga untuk menciumnya bersama-sama yaa.. aamiiin
setelah mencium hajar aswad ini dan bersiap-siap untuk shalat subuh, saya baru sadar buku do'a saya hilang, kayanya terjatuh ketika berdesak-desakan tadi. ahh untung saja ketika pergi tiba-tiba ada keinginan menyimpan kunci hotel di buku papah. Alhamdulillah, hatur nuhun Ya Allah, semua sudah Kau atur dengan baik. Dan ternyata ada satu korban lagi dari desak-desakan tadi, kacamata baca papah potong T-T.. hiks, begitu banyak yang beliau korbankan buat saya, hatur nuhun ya paaaah. semoga..semoga..aahh semoga selalu diberikan yang terbaik untukmu, semoga dikaruniai kebahagiaan dunia akhirat. aamiiin
Hari terakhir di mekah, kami pun melaksanakan thawaf wada, thawaf perpisahan =') saya puas-puasin memandang ka'bah kala itu. Menyimpan apa yang saya lihat kuat-kuat di dalam hati. Semoga ketika mengingatnya, rindu semakin besar, sehingga saya makin semangat untuk berikhtiar agar sampai lagi berkunjung ke sini. Bismillah ..
Selamat tinggal, Mekah. Perjalanan pun dilanjutkan ke Jeddah. kami akan menginap semalam di sana, sebelum keesokan harinya kembali pulang.
Kalau ke Jeddah mungkin lebih seperti tamasya yaa. Kota Jeddah termasuk yang paling bersiiiiih dari kota-kota lainnya yang saya kunjungi selama perjalanan umroh ini. Di sana juga ada laut merah, mesjid terapung, dan banyak tempat perbelanjaan tentu saja ehehehe (ga muna saya mah, saya ge da hobi balanja, jadi atoh di jeddah teh =D)
ada satu kejadian lucu ketika belanja di Jeddah (eh lucu teu nya? ah pokonya menarik untuk diceritakan
ketika itu pemimpin rombongan membawa kami ke toko "amir murah" di pusat pertokoan Al-Balad. Saya sedang memilih - milih pashmina ketika sang pemilik toko datang menghampiri.
tawar menawar pun terjadi dan seperti biasa ala pedagang, pemilik toko bilang kalo harga yang dia kasih uda murah, ga usah ditawar lagi, saya pun nyengir. Beruntung orang arab ini bisa bahasa indonesia jadi ga susah berkomunikasinya.
sambil milih pashmina, dia pun jadi ngajak saya ngobrol
"kamu usia berapa?"
"25"
"sama suami kesini?"
"euuu..euuu..sama bapak"
"oooh kamu akan segera menikah.. bulan ini mungkin kamu menikah"
(saya mah meng-aamiiiiin-i saja sepenuh hati heu..bari nyengir)
kemudian papah datang menghampiri kami
"ini bapakmu?" .. "iya" ceuk saya teh
"pak..anakmu ini 25 pa, bentar lagi menikah dia. kawinkan sama saya, ini satu toko saya jadikan mahar"
"HAAAAAAHHH???!!!???" ... wekdor!
hadahh.. dia bilang bulan ini menikah, sama dia gitu maksudnya. Buseeeet
si papah cuma nyengir terus bilang "hehehe.. uda ada calonnya yang ini mah" saya jadi ikutan nyengir.
terus sang orang arab lanjut bilang gini "bagus pa ini rejekinya ni anak, nanti dia menikah langsung punya building, bisnis lancar" (saya ng-amin-amin-in lagi sepenuh hati)
"coba lihat tangan kirinya" ketika saya sodorkan dan dia melihat, dia lanjut berkata
"tuuuh rejekinya ngalir terus ampe nenek-nenek.. cuma dia ini kalo liat lelaki yang handsome, kalo ga handsome, ga mau lah dia"
hahahahah.. ya iyaaa lahh. tapi kan kasep itu ada dua, bang. Aya nu kasep bikin bogoh, aya oge nu jadi kasep bakat ku bogoh..heuuu *silakan ge-er, siapapun yang merasa* =p
ahhh terlalu banyak kisah seru yang saya dapat di perjalanan kali ini, sampai saya bingung harus gimana nyeritainnya. tapi semoga sebagian yang saya bagi cukup menggambarkan serunya di sana yaaa =)
tibalah hari saya kembali pulang ke rumah, home is definitely where your heart is. segimana pun serunya di sana, tetap selalu rindu untuk pulang, berkumpul dengan orang-orang tersayang.
tapi kutinggalkan sekeping hatiku di sana, hingga suatu saat aku pun bisa kembali 'pulang', kerumahMu. aamiiin =)
-and again.. let the pictures tell more stories-
Recent Comments